ANALGETIKA
Apa itu analgetika?
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum).
Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh.
Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum).
Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan di tubuh.
Mekanisme
nyeri
Rangsangan
diterima oleh reseptor nyeri, diubah dalam bentuk impuls yang di hantarkan ke
pusat nyeri di korteks otak. Setelah di proses dipusat nyeri, impuls di
kembalikan ke perifer dalam bentuk persepsi nyeri. Rangsangan yang diterima
oleh reseptor nyeri dapat berasal dari berbagai faktor dan dikelompokkan menjadi
beberapa bagian, yaitu :
1.
Rangsangan Mekanik
Nyeri yang disebabkan karena
pengaruh mekanik seperti tekanan, tusukan jarum, irisan pisau dan lain-lain.
2.
Rangsangan Termal
Nyeri yang disebabkan karena
pengaruh suhu, rata-rata manusia akan merasakan nyeri jika menerima panas
diatas 45 C, dimana mulai pada suhu tersebut jaringan akan mengalami kerusakan.
3.
Rangsangan Kimia
Jaringan yang mengalami kerusakan akan membebaskan zat
yang disebut mediator yang dapat berikatan dengan reseptor nyeri antara
lain : bradikinin, serotonin, histamin, asetilkolin dan prostaglandin.
Bradikinin merupakan zat yang paling berperan dalam menimbulkan nyeri karena
kerusakan jaringan. Zat kimia lain yang berperan dalam menimbulkan nyeri
adalah asam, enzim proteolitik, Zat P dan ionK+ (ion K positif ).
Proses
Terjadinya Nyeri
Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang
ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem
Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem serabut. Sistem pertama terdiri dari
serabut Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran
6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter
0.4-1.2 µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik. Serabut Aδ berperan dalam
menghantarkan "nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang
jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri
lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan
tidak enak. Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir
pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas
melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan posterolateral dari
talamus. Dari sini impuls diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.
Klasifikasi
Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa kriteria antara lain :
a. A.
Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu
· Nyeri Akut
Nyeri yang
terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat
Contoh :
Nyeri trauma
· Nyeri Kronis
Nyeri yang
terjadi atau dialami sudah lama
Contoh :
Kanker
b. B.
Klasifikasi nyeri berdasarkan tempat
terjadinya nyeri
·
Nyeri Somatik
Nyeri yang dirasakan hanya pada
tempat terjadinya kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan
mudah ditangani
Contoh : Nyeri karena tertusuk
·
Nyeri Visceral
Nyeri yang terkait kerusakan organ
dalam
Contoh : Nyeri karena trauma di hati
atau paru-paru
·
Nyeri Reperred
Nyeri yang
dirasakan jauh dari lokasi
nyeri
Contoh : Nyeri angina.
a. C. Klasifikasi
Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
· Nyeri Nosiseptis
· Nyeri neuropatik
PEPENGGOLONGAN ANALGETIKA
Berdasarkan aksinya, analgetika dibagi dalam 2 golongan besar :
A. ANALGETIKA OPIOID / ANALGETIKA NARKOTIKA
Analgetika
opioid sering disebut analgetika sentral. Memiliki daya penghalang nyeri
yang kuat sekali dengan titik kerja yang terletak di SSP. Umumnya dapat
mengurangi kesadaran (mengantuk) dan memberikan perasaan nyaman (euphoria).
Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif
untuk mengatasi nyeri yang hebat.
Atas dasar cara kerjanya, obat – obat ini dapat dibagi
menjadi 3 kelompok, yakni :
1. Agonis opiate, yang dapat dibagi
dalam :Alkaloida candu : morfin, kodein, heroin, nicomorfin.Zat-zat sintesis : metadon dan derivate-derivatnya
(dekstromoramida, propoksifen, bezitramida), petidin dan detivatnya (fentanil,
sufentanil) dan tramadol. Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin hanya
berlainan dengan potensi dan lama kerjanya. Efek samping dan resiko akan
kebiasaan dengan ketergantungan fisik.
2.
Antagonis opiate : nalokson, nalorfin, pentazosin, buprenorfin, dan nalbufin.
Bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah satu
reseptor.
3.
Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak
mengaktifasi kerjanya dengan sempurna.
Undang –
undang narkotika. Dikebanyakan Negara,beberapa obat dari kelompok obat ini,
seperti propoksifen, pentazosin, dan tramadol, tidak termasuk dalam undang –
undang narkotika, karena bahaya kebiasaan dan adiksinya ringan sekali. Namun,
penggunaannya dalam jangka waktu lama tidak dianjurkan. Pada tahun 1978,
propeksifen di negeri Belanda dimasukkan dalam “opiumwet”
ANALGETIKA NON-NARKOTIKA
a.Ibuprofen
Ibuprofen
merupakan devirat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat ini
bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan
meminum obat ini.
Derivate
asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak digunakan
sebagai analgetikum, tetapi pada tahun
1978 telah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan
karsinogen). Khasiatnya analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang.
Dewasa ini pada umumnya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga
untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kofein
dengan kira-kira 50% dan kodein.
Resorpsinya
dari usus cepat dan praktis, secara rectal lebih lambat. PP-nya ca 25%,
plasma-t1/2-nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan.
Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang dieksresi
dengan kemih d\sebagai konyugat-glukuroni-da dan sufat.
Efek samping
tak jarang terjadi, antara lain reaksi hypersensitivitas dan kelainan darah.
Pada penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada
dosis diatas 6 g mengakibatkan nekrosis hati yang tidak reversible.
Hepatoksisitas ini diakibatkan oleh metabolit-metabolitnya, yang pada dosis
normal dapat ditangkal oleh glutathione (suatu tripeptida dengan –SH). Pada
dosis diatas 10 g, persediaan peptide tersebut habis dan
metabolit-metabolit mengikat pada
protein dengan –SH di sel-sel hati dan terjadilah kerusakan irreversible. Dosis
dari 20 g sudah berefek fatal, overdose bias menimbulkan antara lain : mual,
muntah dan anorexia.penanggulangannya dengan cuci lambung, juga peru diberikan
zat- zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin) sedini mungkin,
sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi.
Interaksi.
Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia dan pada dosis biasa
tidak interaktif. Masa paruh kloampenikol dapat sangat diperpanjang. Kombinasi
dengan oabt AIDS zidovudin meningkatkan resiko akan neutropenia.
Dosis :
untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5 -1 . maksimal 4g/hari, pada penggunaan
kronis maksimal 2,5 g/hari. Anak –anak : 4-6 dd 10 mh/hari yakni rata-rata usia
3-12 bulan 60 mg. 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360
mg, 4-6 kali sehari. Rectal 20 mh / kg tiap kali, dewasa 4 dd 0,5-1 g,
anak-anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg, 1-4 tahun 2-3 dd 240 mg, 2-6 tahun 4
dd 240 mg, dan 7-12 tahun 2-3 dd 0,5 g.
c.
Asam Mefenamat
Asam
mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat terikat pada
protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan.
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala
iritasi lain terhadap mukosa lambung.
d.
Asam asetil salisilat
Dari semua senyawa salisilat,
asetosal memiliki khasiat analgetik,
antipiretik, dan anti flogistik yang terkuat. Maka banyak digunakan dalam
segala macam preparat untuk melawan demam, influenza, sakit kepala, oto, sendi,
gigi dan lainnya, namun untuk nyeri di dalam (organ-organ) kurang efektif.
Untuk rematik, penghambat prostaglandin ini sering dianggap sebagai obat
pilihan pertama, meskipun banyak obat rematik baru telah dikeluarkan.
Efek samping yang sering terjadi
adalah iritasi mukosa lambung dengan terjadinya borok lambung dan kehilangan
darah okult (tersembunyi). Efek-efek ini lumrah sekali pada zat-zat yang
berkhasiat anti radang dan dapat dikurangi dengan penggunaan bersamaan dengan
antasida atau dengan menggunakan garam kalsium (Ascal) yang mudah larut atau
pula sebagai tablet enteric coated yang baru melarut (pecah) dalam usus.
Selain itu Asetosal memperbanyak keluarnya keringat dan pada dosis lebih
tinggi dari normal dapat mengakibatkan tinnitus (suara bergema di telinga),
gangguan pada pernafasan (hiperventilasi), juga mengigau.
· Natrium
salisilat, berkhasiat lebih lemah dari asetosal, maka dosisnya harus lebih
tinggi, efek sampingnya lebih kurang
sama dengan Asetosol, terkecuali tidak
mengurangi tergumpalnya pelat-pelat darah namun hanya pada dosis tinggi
(rematik) dapat memperpanjang waktu protrombin.
· Salisilamida,
adalah turunan salisilat, yang juga lebih lemah dari asetosal khasiat
analgetiknya, lagi pula efeknya tidak dapat di percaya. Lebih sering mengganggu
pencernaan, pendarahan okult lebih ringan. Di dinding usus mengalami FPE (First Pass Effect = pengurain) yang
besar, maka dosisnya harus tinggi. Dalam tubuh tidak dirombak menjadi salisilat.
e. Aminofenazon
(Aminopirin)
Derivat pirazolon ini memiliki
khasiat analgetik, antipiretik dan antiflogistik yang kuat sekali dan digunakan
pada nyeri hebat (dengan radang) yang tidak dapat di kendalikan oleh asetosal atau parasetamol. Mula kerjanya lebih cepat
dari pada salisilat. Hampir tidak digunakan sebagai obat rematik.
Pertanyaan :
1. apa pengertian dari nyeri nosiseptis?
1. apa pengertian dari nyeri nosiseptis?
· 2. apa pengertian dari nyeri neuropatik dan berikan contohnya ?
3.apakah obat analgetik narkotik dan non narkotik dapat dikombinasikan? Jika dapat dikombinasikan apakah tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya?
4.Apakah aman untuk mengkonsumsi obat beberapa obat analgetik dalam satu waktu?jika aman contoh seperti apa saja yang memungkinkan didapatnya efek terapi yang maksimal namun ES rendah
5. Obat analgetik narkotik apa yang paling sering digunakan dan untuk keadaan seperti apa?
3.apakah obat analgetik narkotik dan non narkotik dapat dikombinasikan? Jika dapat dikombinasikan apakah tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya?
4.Apakah aman untuk mengkonsumsi obat beberapa obat analgetik dalam satu waktu?jika aman contoh seperti apa saja yang memungkinkan didapatnya efek terapi yang maksimal namun ES rendah
5. Obat analgetik narkotik apa yang paling sering digunakan dan untuk keadaan seperti apa?
1. Nyeri nosiseptis atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus mekanis terhadap nosiseptor
BalasHapuskalau seperti itu berarti nyeri neuropatik adalah nyeri yang tidak disebabkan rangsangan pada nosiseptor ya yanti?
Hapushai cindra, sepertinya kedua nyeri tersebut terjadi kaena adanya rangsangan. kalo dilihat dari defenisinya.
HapusNyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh adanya stimuli noksius (trauma, penyakit atau proses radang). Dapat diklasifikasikan menjadi nyeri viseral, bila berasal dari rangsangan pada organ viseral, atau nyeri somatik, bila berasal dari jaringan seperti kulit, otot, tulang atau sendi.
Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya kerusakan atau disfungsi dari sistim saraf baik perifer atau pusat. Penyebabnya adalah trauma, radang, penyakit metabolik (diabetes mellitus, DM), infeksi (herpes zooster), tumor, toksin, dan penyakit neurologis primer.
Nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsangan nyeri. sepertinya rasa nyeri yang timbul setelah adanya rangsangan (Nyeri nosiseptif dan Nyeri neuropatik), sepertinya kedua nyeri tersebut ada kaitannya dengan rangsangan pada nosiseptor. bagaimana menurut cindra?
HapusHy okta saya akan mencoba untk menjawab pertanyaan nmr 2
BalasHapusDefinisi dari Penyakit Nyeri Neuropatik adalah gangguan atau penyakit yang ditandai dengan rasa nyeri atau rasa sakit yang yang berhubungan dengan sinyal sinyal saraf. Rasa sakit yang bisanya timbul ialah seperti terbakar, nyeri seperti adanya sengatan listrik. Pada dasarnya penyakit Nyeri Neuropatik merupakan sindrom dari neuropati itu sendiri.
Biasanya nyeri neuropatik terjadi oleh org tua
nmr 3
BalasHapusmnrt saya jika analgetik narkotika sudah ampuh knpa hrs di kombinasi dgn non narkotik, sebaiknya tdk perlu di kombinasikan
saya setuju dengan ana, sebaiknya analgetik narkotik dan non narkotik jangan dikombinasikan, kecuali jika kondisi pasien memang benar2 membutuhkan kombinasi obat tersebut. jadi dikobinasi/ tidak disesuaikan lagi dengan kondisi pasien
HapusMenurut saya, penggunaan analgesik tidak perlu dikombinasi, harus sesuai dengan indikasi penyakit pasien. Apabila pasien harus menghilangkan rasa sakit yang teramat sangat seperti pasca operasi makan harus digunakan analgetik opioid karena tidak ampuh jika digunakan analgetik non opioid, namun apabila hanya kejadian seperti terjatuh dari motor dan menimbulkan efek sakit yang cukup ringan maka dapat diberikan agen analgetik non opioid
Hapusnmr 4
BalasHapusmnrt saya jika dlm kurung wktu 5 jam tidak mmbaik maka beri obat lagi
misalnya pct krn meminimalisir efek smping
Menurut saya, apabila berbagai macam obat analgetik jika dikombinasikan akan mengakibatkan meningkatnya efek kerja, dikhawatirkan akan mengakibatkan efek toksisitasnya.
Hapusnmr 5
BalasHapusanalgetik utk pasca oprasi seperti morfin
saya akan menambhakn jawaban no 5, turunan dari morfin yang paling banyak digunakan adalah codein, digunakan untuk antitusif
Hapusmenurut saya codein yang banyak digunakan dan lebih dikenal masyarakat sebagai obat batuk atau antitusif.
Hapusdimana Kodein diperoleh dari hasil metilasi gugus OH fenol morfin yang Efek analgetik lemah tapi mempunyai efek anti batuk yang kuat.
2. Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya kerusakan atau disfungsi dari sistim saraf baik perifer atau pusat. Penyebabnya adalah trauma, radang, penyakit metabolik (diabetes mellitus, DM), infeksi (herpes zooster), tumor, toksin, dan penyakit neurologis primer.
BalasHapus4. tidak aman, karena resiko efek sampingnya lebih besar.
BalasHapusassalamualaikum saya akan menambahkan penggunaan analgesik tidak perlu dikombinasi, harus sesuai dengan indikasi penyakit pasien. Apabila pasien harus menghilangkan rasa sakit yang teramat sangat seperti pasca operasi makan harus digunakan analgetik opioid karena tidak ampuh jika digunakan analgetik non opioid, namun apabila hanya kejadian seperti terjatuh dari motor dan menimbulkan efek sakit yang cukup ringan maka dapat diberikan agen analgetik non opioid
BalasHapusobat analgrtik narkotik yang sering digunakan yaitu morfin, dimana Untuk mengobati rasa sakit yang tidak dapat disembuhkan dengan analgetika antipiretika, misalnya pada kanker, kasus patah tulang dan penyakit kanker kronis.
BalasHapussaya setuju dengan maliza. analgetik naroktik untuk menghilangkan rasa sakit yang hebat seperti kanker. tetapi apabila digunakan terus menerus dapat menyebabkan kerusakan fungsi organ
HapusSecara singkat, Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh adanya stimuli noksius (trauma, penyakit atau proses radang). Dapat diklasifikasikan menjadi nyeri viseral, bila berasal dari rangsangan pada organ viseral, atau nyeri somatik, bila berasal dari jaringan seperti kulit, otot, tulang atau sendi.
BalasHapussaya akan menjawab pertanyaan no. 3, dimana sebaiknya tidak menggunakan analgetik narkotik dan non narkotik dbersamaan karena akan beresiko memberikan sefek samping yang lebih tinggi, seharusnta pemakainnya disesuaikan jika terjadi nyeri yang sangat hebat maka sebaiknya menggunakan analgetik narkotik namun tetap sesuai dengan resep dokter
BalasHapus